NO SWEET WITHOUT SWEAT. Maksudnya, tiada kesuksesan tanpa kepayahan. Begitu juga dengan proses belajar, memang tidak mudah dan akan banyak menemukan hambatan dan kesulitan. Ketika kita bersungguh-sungguh dan mampu bersabar untuk berlelah-lelah, pasti akan berhasil meraih cita dan harapan yang diinginkan. Itulah kata motivasi untuk penyemangat murid-muridku yang saya tempel di tembok kelas, tentunya bukan tembok ratapan melainkan tembok peradaban untuk masa depan. Sebagai wali kelas, tidak hanya kata-kata motivasi yang selalu saya berikan kepada murid-murid. Senyuman, sapaan, sikap ramah, mendengarkan keluhan bahkan sampai memberikan apresiasi kepada mereka. Bagaimana halnya jika ada seorang guru yang galak, hemat senyum, tidak peduli dengan muridnya, pelit pujian, bahkan menjawab salam saja sambil bermain HP tanpa melihat wajah murid yang menyapa. Kira-kira apakah murid akan simpati kepadanya?
Wali kelas tentu lebih dari sekedar guru. Wali kelas merupakan salah satu pemlik peran penting dalam hubungan antara sekolah, murid dan orang tua. Ia memiliki tangung jawab lebih atas murid yang ada di kelasnya. “Setiap wali kelas adalah guru dan tidak setiap guru adalah wali kelas”. Wali kelas mempunyai kedekatan yang intens dengan muridnya. Wali kelas juga menjadi pengganti orangtua mereka yang tentunya harus siap mendengarkan curhatan dan keluhan mereka. Adapun tugas lain secara rinci sebagai wali kelas adalah :
Pada praktiknya seorang wali kelas harus berhasil menjalankan fungsi pembelajaran. Indikatornya adalah bahwa semua murid di kelas itu dapat naik kelas atau lulus dengan nilai yang terbaik.
Setiap hari wali kelas melakukan proses belajar mengajar terhadap muridnya. By the way, belajar itu apa sih? Disebut belajar yaitu, ketika kognitif seorang anak bertambah, ketika kemampuan psikomotorik anak meningkat dan ketika afektif anak juga tersentuh. Namun pada praktiknya sisi afektif anak kurang tersentuh oleh guru. Padahal itu adalah hal yang penting sama halnya dengan sisi kognitif dan psikomotorik anak.
Tugas guru tidak hanya bertugas bagaimana caranya membuat anak pintar. Tapi bagaimana seorang guru bisa memberikan sisi afektif kepada muridnya. Contoh, guru selalu memarahi murid yang tidak mematuhi aturan. Tetapi guru cenderung cuek dan bersikap biasa saja ketika mereka melakukan kebaikan atau ketertiban. Guru kadang mengabaikan perilaku positif murid. Kita berpendapat itu memang seharusnya kamu lakukan tanpa memberinya apresiasi, padahal dengan acungan jempol saja kita sudah menghargai mereka. Tidak perlu pujian berlebihan, “good, mumtaz, mantap” sudah cukup memberikan apresiasi kepada mereka. Ketika anak-anak merasa dihargai, dimotivasi dan diberikan kata-kata positif, maka sedikit demi sedikit akan menghilangkan perilaku negatif pada anak dan menumbuhkan rasa percaya diri. Tidak hanya itu, perilaku positifnya pun akan menetap dan pada akhirnya kemampuan akedemiknya akan meningkat. Wali kelas adalah the best teacher. Sudahkah kita menjadi guru yang terbaik? Tidak hanya mencerdaskan akalnya tetapi juga mencerdaskan hatinya.
Berikut saya sampaikan tips penting yang tidak boleh dilewatkan untuk menjadi wali kelas terbaik :
Bukan sekedar mengenal biasa tapi memahami nama lengkapnya, nama panggilannya, kepribadiannya, tempat kelahirannya dan profesi kedua orang tuanya
Merupakan kesepakatan antara wali kelas dengan murid berupa penghargaan dan peringatan serta konsekuensi bagi yang melanggar.
Sudah menjadi keumuman murid merasa malu dan sungkan atau entah apa alasannya sehingga murid enggan untuk cerita kepada wali kelasnya. Maka, di sinilah wali kelas harus berperan aktif untuk mengajak agar bagaimana caranya mereka mau terbuka dengan wali kelasnya, tentunya dengan membuka diri atau mengawali cerita yang bisa membuat anak mau bercerita.
Jika dibutuhkan, wali kelas harus senantiasa mendampingi murid, baik itu untuk menemui Kepala Sekolah, guru BK, koordinasi dengan guru lain, acara atau kegiatan, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Begitu juga mendampingi ketika acara perlombaan, olimpiade dll.
Selalu memberikan motivasi kepada murid agar betah, tetap semangat, pantang mengeluh, sabar dan tawakkal. Sehingga murid mampu belajar dengan optimal.
Seorang wali kelas tentunya harus menjadi teladan bagi murid-muridnya. Tidak hanya sekedar menjadi guru bagi mereka, tapi lebih dari itu. Mereka akan mencontoh kita, karena bagaimanapun juga tindakan akan lebih berbekas dari pada ucapan.
Saya membuat kotak “Cipta Karya.” Kotak tersebut saya tempel di pojok tembok kelas, guna menstimulus murid untuk berkarya dan menuangkat bakat serta potensi murid atau bagi mereka yang ingin sekedar mengeluarkan aspirasi dan keluh kesahnya. Tidak semua anak bisa mengungkapkan ide dan gagasan bahkan emosi dengan ucapan. Ketika mereka menuangkannya lewat tulisan bisa membantu mereka untuk bisa menyampaikannya.
Sekurangnya sepekan sekali agenda pertemuan wali kelas di dalam kelas, meski sekedar ceck kehadiran, ceck feeling, ceck tugas-tugas murid dll. Lebih dari itu, sekurangnya 2 bulan sekali agendakanlah hari kebersamaan antara wali kelas dengan murid seperti joging, nonton bareng, makan-makan dll.
Jika kita sudah melaksanakan peran seorang wali kelas dengan baik dan optimal maka, tujuan mencetak murid menjadi generasi bertakwa, cerdas dan berkarakter dapat tercapai.
In Sya Allah.
Thanks for reading.
amazing
Leave a Comment