Menjadi guru adalah sebuah profesi yang bernilai ibadah, terlebih jika mendidik anak-anak yang sekaligus tinggal di asrama atau boarding school. Hal ini memiliki tantangan tersendiri, karena tidak setiap guru mampu mendidik walaupun ia pandai mengajar. Untuk menjadi pendidik, guru tidak cukup menguasai materi dan keterampilan mengajar saja, tetapi perlu memahami dasar-dasar agama dan norma-norma dalam masyarakat, sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku.
Menjadi guru di boarding school juga dibutuhkan kemampuan supaya bisa beradaptasi dengan murid-muridnya yang notabene disebut genersi Z atau “kids zaman now”, dengan latar belakang murid yang berasal dari keluarga menengah ke atas, kehausan mereka akan hiburan (karena dilarang membawa handphone, dan sebagainya), sehingga menuntut guru untuk bisa mengajar dengan menarik dan menyenangkan.
Di lapangan, yang terlihat saat ini, seorang guru yang sering memberikan hiburan berupa tontonan, lagu-lagu, dan permainan digital, cenderung lebih dicintai dan disukai anak-anak daripada guru yang hanya mengajar dengan metode-metode terdahulu. Jika tidak pandai menarik perhatian mereka dan tidak bisa masuk ke dunia mereka, maka yang terjadi adalah murid akan mengantuk. Mengantuk adalah penyakit anak boarding yang sulit disembuhkan. Ini disebabkan padatnya aktifitas mereka, baik di sekolah maupun di asrama.
Ada beberapa cara untuk bisa menjadi guru yang selalu dicintai dan dirindukan oleh muridnya, terutama murid yang tinggal di boarding. Berikut cara-cara yang berusaha penulis terapkan saat mengajar di SMPIT As-Syifa Boarding School Wanareja dengan harapan supaya bisa menjadi guru yang dicintai dan dirindukan di era teknologi ini :
Mengajar dengan cinta dan kasih sayang
Seorang guru setiap hari menghabiskan waktu dengan anak didiknya. Guru memiliki peran besar dalam perkembangan anak setelah orangtua. Mencintai anak merupakan modal terpenting dalam menemaninya tumbuh.
Hillary Rooney, Kepala Sekolah Dasar Laytonsville di Montgomery Maryland, mengungkapkan bahwa syarat terpenting saat melakukan perekrutan guru adalah “apakah mereka (calon guru) mencintai anak-anak?”.
Mulai meredupnya nuansa cinta dan kasih sayang dalam interaksi antara guru dengan murid telah melahirkan sikap guru yang lebih suka menghukum daripada tersenyum dan memberikan apresiasi positif. Guru lebih suka mengkritik daripada bersikap empatik terhadap muridnya. Guru yang baik adalah guru yang melandasi interaksinya dengan murid diatas nilai-nilai cinta dan kasih sayang yang tulus. Dengan cintalah akan lahir keharmonisan.
Sikap cinta dan kasih sayang seorang guru tercermin melalui kelembutan, kesabaran, penerimaan, kedekatan, keakraban, serta sikap-sikap positif lainnya dalam berinteraksi dengan lingkungannya, khususnya dengan para murid. Sosok guru yang selalu menebar cinta dan kasih sayang pada murid akan melahirkan sebuah kharisma. Murid akan mencintai guru dengan cara mengidolakannya, serta menempatkan dia sebagai sosok yang berwibawa dan disegani. Cinta adalah sikap batin yang melahirkan kelembutan, kesabaran, kelapangan, kreativitas, serta tawakkal. Jaring-jaring cinta yang kita tebar dengan penuh keikhlasan akan tersambut positif oleh murid. Sesuai dengan kalimat hikmah “Siapa menanam, dialah yang akan menuai hasilnya.”
Respon balik dari rasa cinta murid bisa terwujud melalui sikap-sikap positif. Misalnya penghormatan, kepatuhan, motivasi belajar, kecintaan terhadap tugas, dan rasa ingin selalu menghargai guru yang dicintainya. Dengan sikap-sikap seperti ini maka murid akan merasakan bahwa belajar sudah bukan lagi sebagai kewajiban, tetapi sebagai kebutuhan bahkan keasyikan. Maka akan muncul gairah untuk berprestasi di dalam jiwa murid. Namun dalam realita di lapangan, ungkapan rasa cinta guru tidak mudah ditangkap oleh murid. Mengungkapkan kata cinta tidak semudah mengucapkannya. Dibutuhkan kiat dan seni tersendiri agar sinyal (kode) cinta guru dapat dipahami dan dirasakan oleh murid.
Memberi kesan positif pada murid
Seorang guru pasti akan mengalami masa-masa hari pertama masuk kelas. Pada hari itulah merupakan kunci bagaimana seorang guru mampu menciptakan kesan positif pada anak didiknya bahwa guru tersebut hebat, menyenangkan dan menarik. Oleh karena itu, jangan sia-siakan hari yang sangat penting dan spesial tersebut.
Guru hebat adalah guru yang cerdas dan punya dedikasi tinggi terhadap kemajuan dirinya sendiri dan murid-muridnya. Cerdas disini menunjukkan pada kepandaian guru dalam menyesuaikan diri dengan murid. Guru cerdas juga mampu menciptakan produk baru sebagai media pembelajaran yang menarik dengan kreasi pribadi, apalagi jika dihubungkan dengan IT (Informasi dan Teknologi). Jadi bukan hanya sekedar copy paste dari produk guru-guru sebelumnya, namun berani untuk memodifikasi dan mencari metode menarik lainnya agar suasana belajar menjadi asyik dan menyenangkan.
Murid akan sulit untuk menuruti seseorang yang dianggap mereka bukan sosok yang hebat, apalagi gaptek (gagap teknologi). Dengan demikian guru harus memiliki visi dan misi yang hebat dalam mengajar. Tunjukkan pada anak didik bahwa visi tersebut akan mampu menjadikan mereka pribadi yang hebat di masa depan melalui misi-misi hebat yang guru lakukan.
Memberi teladan yang menginspirasi
Hal terberat bagi seorang guru atau ustaz bukanlah agar ilmu sampai dan dipahami oleh muridnya, tetapi bagaimana menjadi teladan yang baik sehingga memotivasi dan menginspirasi dalam semangat ilmu, amal, dan akhlak yang mulia.
Nabi Muhammad SAW menjadi teladan yang baik bahkan memotivasi para sahabat yang menjadi murid-murid langsung beliau. Para ulama dahulu sangat paham bahwa murid mereka tidak hanya mengambil ilmu darinya, tetapi juga mencontoh penerapan ilmu mereka berupa adab dan akhlak yang baik.
Perhatikan kisah Imam Ahmad bin Hanbal yang mempunyai banyak murid, akan tetapi mayoritas muridnya tidak mencatat ilmu, namun ingin sekedar bertemu dan melihat Imam Ahmad yang merupakan sumber motivasi mereka dalam berilmu dan beramal. Hal ini karena Imam Ahmad telah memberikan contoh yang baik berupa ilmu, amal, dan akhlak yang mulia.
Menjadi sahabat murid
Sekarang bukan zamannya lagi guru mengajar dengan penuh tekanan kepada para murid. Guru yang baik adalah guru yang tidak hanya memposisikan dirinya sebagai seorang pengajar akan tetapi juga sebagai sahabat untuk muridnya. Sahabat yang bisa dibilang selalu ada di saat muridnya selalu membutuhkannya. Masing-masing murid pasti memiliki kepribadian yang berbeda serta beragam masalah yang berbeda pula.
Dari sinilah guru mulai menjalankan perannya sebagai sahabat murid, dimana guru dapat memahami kepribadian muridnya yang berbeda-beda dan mendengar serta memberi solusi atas masalah yang di hadapi muridnya. Memang bukanlah suatu hal yang mudah untuk kita dalam memahami setiap kepribadian dan masalah yang di hadapi murid, akan tetapi dengan cara seperti itulah yang membuat hubungan batin antara guru dan murid lebih terikat. Kita tahu bahwa murid sangat mengharapkan gurunya dapat menghargai segala usaha yang mereka lakukan selama proses belajar mengajar di sekolah. Mereka butuh perhatian, dorongan semangat, dan rasa kasih sayang dari gurunya, apalagi anak boarding yang jauh dari orang tuanya. Maka dari itu, para murid sangat membutuhkan guru yang tidak hanya sekedar mengajar akan tetapi juga bisa menjadi sahabat yang selalu ada ketika mereka butuhkan.
menjadi-guru-yang-di-cintai-dan-diribdukan-di-era-teknologi-3
Menjadi sahabat murid tentu tidak hanya dengan selalu mendengar keluh kesah mereka, akan tetapi juga mendorong pribadi mereka agar menjadi pribadi yang mandiri dan tangguh dalam menghadapi setiap masalah yang mereka hadapi. Sebagai seorang yang berperan sebagai pengajar sekaligus sahabat untuk muridnya, guru menjadi suatu sosok yang paling dinantikan murid karena kebijaksanaannya dalam menghadapi setiap masalah yang dihadapi murid. Menjadi sahabat murid adalah upaya guru dalam membangun kepercayaan murid terhadapnya. Kepercayaan itulah yang membuat murid selalu merasa nyaman dengan gurunya, sehingga murid tidak malu-malu lagi dalam menceritakan masalah yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran di sekolah maupun masalah pribadi mereka. Menjadi sahabat murid juga merupakan langkah guru untuk memahami setiap karakter murid agar lebih mudah memahami setiap kekurangan dan kelebihan murid.
Dengan memposisikan diri sebagai sahabat murid, bukan tidak mungkin akan menciptakan proses belajar mengajar yang efektif, sehingga materi yang di sampaikan guru dapat di pahami murid dengan baik tanpa adanya tekanan dari guru. Selain itu guru juga akan lebih dicintai dan dirindukan oleh murid. Sebagai guru seharusnya kita dapat menyayangi murid dan memahami bahwa mereka mempunyai kekurangan dan kelebihan. Sebagai guru kita juga harus bisa menempatkan diri kapan bisa menjadi sahabat untuk muridnya dan kapan menjadi guru yang harus dihormati dan didengar penjelasannya. Disaat kita memposisikan diri sebgai pengajar kita harus bertindak sebagaimana pengajar tanpa harus memberikan tekanan untuk murid, buat suasana belajar yang menyenangkan agar murid tidak merasa bosan. Sedangkan ketika kita memposisikan diri kita sebagai sahabat mereka, kita harus ikhlas mendengar setiap keluh kesah mereka dan memberikan mereka dorongan serta motivasi dalam menghadapi setiap masalah yang mereka hadapi.
Ketika para santri yang notabene ialah generasi muda penerus bangsa sudah mendapatkan kenyamanan dalam belajar di boarding school, cita-cita Indonesia menjadi baldatun thoyyibatun warobbun ghofur bukanlah hanya menjadi fatamorgana belaka. Selamat menebar pesona cinta untuk semua muridnya bagi sang pahlawan tanpa tanda jasa.
✨ SMPIT As-Syifa Boarding School Wanareja – Sekolah Calon Pemimpin yang Berakhlak, Hafiz dan Berprestasi
Leave a Comment