School Info
Saturday, 04 Oct 2025
  • SELAMAT DATANG DI SEKOLAH CALON PEMIMPIN MASA DEPAN - PENDAFTARAN MURID BARU KLIK DISINI
  • SELAMAT DATANG DI SEKOLAH CALON PEMIMPIN MASA DEPAN - PENDAFTARAN MURID BARU KLIK DISINI
2 October 2025

Batik dan sejarahnya di Indonesia

Thu, 2 October 2025 Read 34x WAWASAN

Batik (bahasa Jawaꦧꦛꦶꦏ꧀translit. Bathik) adalah kain Budaya Jawa Indonesia bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan.[1][2] sebagai keseluruhan teknikteknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.[3] Sejak saat itu, 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.

Vrouw maakt batik toelis te Jogjakarta KITLV 182615

Teknik seni kain yang mirip batik dapat ditemukan pada berbagai kebudayaan di dunia seperti di NigeriaTiongkokIndiaMalaysiaSri Lanka dan daerah-daerah lain di Indonesia. Batik pesisir Indonesia dari pulau Jawa memiliki sejarah akulturasi yang panjang, dengan corak beragam yang dipengaruhi oleh berbagai budaya, serta paling berkembang dalam hal pola, teknik, dan kualitas pengerjaan dibandingkan batik dari daerah lain.

Batik telah dianggap oleh masyarakat sebagai ikon budaya penting di Indonesia. Masyarakat Indonesia mengenakan batik sebagai busana kasual dan formal yang dapat digunakan dalam beragam acara.

Etimologi

Batik Lasem Tulis

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata bahasa Indonesia batik sebagai “kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya melalui proses tertentu.”[4] Istilah ini diserap dari bahasa Jawa bathik (aksara Jawaꦧꦛꦶꦏ꧀Pegonباتيق).[a] Dalam Baoesastra Djawabathikan juga dapat bermakna “menggambar” atau “menulis”.[6] Makna ini dapat dibandingkan dengan pendapat Robert Blust yang menelusuri akar kata bathik hingga rekonstruksi Proto-Austronesia *batik serta *beCik dengan makna umum “hiasan” atau “corak.”[7][8]

Di Jawa, kata bathik/batik baru terekam dalam sumber-sumber tertulis pasca masa Hindu-Buddha, yakni dari abad 16 M ke atas.[9][10] Satu-satunya istilah yang mungkin berhubungan dengan batik dalam sumber-sumber bahasa Jawa Kuno adalah tulis warna yang diduga setara dengan teknik batik tulis masa kini.[11] Di luar Jawa, kata batik pertama terekam dalam dokumen pengiriman barang tahun 1641 dari kapal pedagang yang berlayar antara BataviaBengkulu.[12] Istilah batik menjadi lebih banyak diketahui di luar masyarakat Nusantara setelah terbitnya buku The History of Java oleh Thomas Stamford Raffles pada tahun 1817 yang memuat penjelasan proses membatik.[13] Di masa kolonial Belanda, sumber Belanda menggunakan sejumlah variasi pengejaan seperti mbatikmbatek, dan batek.[14][15]

Sejarah

Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam atau lilin adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T’ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik yang mirip dengan batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal.[16] Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.[17]

Batik Buketan Pekalongan Tulis 2

Walaupun kata “batik” berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa teknik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7.[16] Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (sejarawan Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti TorajaFloresHalmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme, tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik.[18]

G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di KediriJawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.[18] Detail ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamitaarca dewi kebijaksanaan Buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detail pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.[19] Pada perempat terakhir abad ke-13, kain batik dari Jawa telah diekspor ke kepulauan KarimataSiam, bahkan sampai ke Mosul.[20]

Indonesian Batik painting representing Rama Sinta wayang figures

Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya, kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa.[21] Oleh beberapa penafsir,who? serasah itu ditafsirkan sebagai batik.

Women Making Batik Ketelan crop

Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Jenderal Inggris di Jawa. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.[16]

Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru pun bermunculan, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang sama, imigran dari Indonesia ke Malaysia juga membawa batik bersama mereka.

Sekarang batik sudah berkembang di beberapa tempat di luar Jawa, bahkan hingga ke manca negara. Di Indonesia batik sudah dikembangkan juga di Aceh dengan batik Aceh, batik Cual di Riau, Batik Papua, batik Sasirangan Kalimantan Timur, dan batik Minahasa.

Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Batik

This article have

0 Comment

Leave a Comment

 

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Info Sekolah

SMPIT AS-SYIFA BOARDING SCHOOL WANAREJA

NPSN 69971522
Blk. Lw. Peuris RT/RW 07/02 Kelurahan Wanareja Kec. Subang Kabupaten Subang Jawa Barat 41211
PHONE 082245884525
EMAIL smpit-wanareja@assyifa-boardingschool.sch.id
WHATSAPP 082245884525